Thursday, May 22, 2014

Malam

kumasuki malam
diam-diam
melalui pintu maghrib
dan keluar
melalui pintu subuh.

Sunday, May 11, 2014

Haiku

1.
tinggalkan rumah
dalam hujan november
kembara lagi.

2.
rumput disember
tinggi di laman rumah
lama di rantau.

3.
,
lama di katil
menjenguk tahun baru
nafas berakhir.

4.

dingin menitis
meerut awal disember
bibir berzikir.



Monday, April 30, 2007

Sajak

PAGI

Kuharapkan sinar-Mu pagi ini
menaburkan butir-butir rahmat
di setiap teluk liku
bumi hatiku
seperti gerimis itu.

Dan seperti selalu
kuharapkan pagi ini
kabut gelap dan gelisah
terkuak jauh
dari langit hatiku.

Kuharapkan sinar-Mu pagi ini
menaburkan butir-butirnya
pada setiap liku jalan dan lorong
menuju satu-satunya: rumah-Mu.

WAN A. RAFAR
Pasir Mas, Kelantan.

(Sajak di atas tersiar dalam Berita Minggu, 29 April 2007)

Thursday, April 12, 2007

Sajak Dari Jurnal PWMK

SAJAK DARI TIGA KOTA

1
Jakarta

Harian pagi yang kubeli
tak sempat kubaca
aku dikelilingi peniaga asongan

Kutatap Monas dari jauh
yang kulihat adalah
api perjuangan rakyatnya

Sumur kecil di Lubang Buaya
terlalu kejam kurasakan
menelan tujuh pahlawan bangsa


2
Bogor

Ini kota hujan, kata Alex
waktu kami tiba
hujan pun turun
dengan lebatnya

Di antara lelap dan jaga
di atas Jagorawi yang panjang
aku terus mengembara
di sudut-sudut kehidupan

Waktu melintasi Bogor, kuingat
di sini pernah bermukim
manusia hotel, yang dengan novel itu
'Aku ziarah terus menerus'
katanya


3
Bandung

Di lereng-lereng bukit
kebun-kebun teh terbentang
bagaikan ombak permaidani

Di antara tikungan tajam
danhutan-hutan pina
aku tercium bau belerang

Di antara kleneng angklong
dan dingin kawah ratu
Tangkuban Perahu mengabur dalam dongeng

Kususuri Jalan Asia-Afrika waktu malam
sejarah lama muncul kembali
tiba-tiba gerimis pun turun

Ini kota kembang, kata orang
di sudut hotel kudapati
sejambak kembang plastik.

WAN A. RAFAR
Februari, 1991.

Catatan: Sajak di atas sudah lama terpendam dalam fail saya. Ketika dihubungi oleh seorang kaki tangan pejabat Dr Alias Mohamed, meminta saya menghantar segera esei atau sajak untuk dimuatkan dalam "Jurnal" Persatuan Wartawan Melayu Kelantan yang akan diterbitkan, maka saya segera mencari sajak-sajak saya yang belum diterbitkan. Saya kira sajak ini sesuai, maka saya pilih dan terus menghantarnya. Memang sajak ini disiarkan dalam keluaran sulung "Jurnal" tersebut yang diterbitkan April 2007. Jurnal ini telah dilancarkan oleh Tengku Razaleigh Hamzah dalam satu majlis merai'kan veteran UMNO di Hotel Perdana pada 31 Mac yang lalu.

Wednesday, November 01, 2006

Telur


TELUR/EGG adalah satu penerbitan sajak secara stensilan yang diusahakan oleh Mansor Ahmad Saman, Latif Kamaluddin dan Latif Mohidin dari USM. Mengikut pengantar editor dalam isu pertama yang ditulis oleh Mansor, "TELUR akan menerbitkan sajak-sajak dalam dua bahasa - Melayu dan Inggeris - dari sesiapa saja yang ingin menulis sajak"

Bagaimana bermulanya cerita penerbitan ini?

"TELUR sebenarnya menetas di kantin 301 bila Latif Kamaluddin dan saya sedang makan tengah hari dan kami berbual tentang drama dan sajak. Kemudiannya, kami mula bercakap-cakap tentang penulisan drama. Lalu kata Latif: Kenapa tidak kita usahakan penulisan sebuah drama bertajuk "Telur"? demikian tulis Mansor.

"Bual punya bual, lama-lama kami bersetuju menerbitkan satu siri penerbitan stensilan bertajuk TELUR. Lantas kami merangkum Latiff Mohidin masuk bersama."

Maka terbitlah TELUR yang pertama pada Oktober, 1978 yang diedarkan percuma. "Selepas ini kami bercadang menjualkan TELUR dengan harga 10 atau 20 sen senaskhah untuk meliputi kos mengeram."

Untuk isu pertama, setebal 15 muka, hanya sajak-sajak Latiff Mohidin (yang dipetik dari kumpulan Sajak-Sajak Pendalaman dalam persediaan), Mansor Ahmad Saman dan Latif Kamaluddin saja diterbitkan. Untuk isu seterusnya diterbitkan juga karya-karya Baha Zain, Sabrihadi, Puzi Hadi dan Abdulaziz HM serta beberapa orang penyair muda lain.

Saya tidak tahu bila TELUR terakhir tergolek keluar. TELUR terakhir yang ada dalam simpanan saya ialah TELUR 10 yang terbit pada Oktober, 1980.

Sebuah sajak saya, "Beberapa Catatan Dalam Gelap dan Pagi" diterbitkan dalam TELUR 3. Saya petik satu rangkap daripadanya:

dia membuka jendela. dia menjemur mimpi
di tali. kemudian ia bercakap-cakap
dengan diri sendiri. alangkah bagusnya
kalau kau tak bersisa
pagi ini.

Saturday, August 26, 2006

Sajak Dari Fantasi


"Fantasi" ialah sebuah Majalah Grafik Malaysia yang pertama dan terakhir. Ia diterbitkan oleh Creative Enterprise Sdn Bhd dalam tahun 1980an. Ketua Pengarangnya ialah Amir Hamzah Shamsuddin (Malungun). Majalah ini selain daripada menerbitkan komik dan sketsa, juga menerbitkan rencana, cerpen dan puisi. Di antara penyair yang pernah mengisikan ruang puisinya ialah Puzi Hadi, A. Ghafar Ibrahim, Wadi Leta S.A., T. Alias Taib, Moechtar Awang, Sabri Hadi dan Rudi Mahmood yang juga menjadi salah seorang staf redaksinya. Puisi yang diterbitkan biasanya dihiasi dengan ilustrasi berwarna yang menarik. Salah sebuah sajak saya diterbitkan dalam "Fantasi" keluaran Mac 1986. Majalah ini dijual dengan harga RM3.00.

MUSIM TENGKUJUH: SEBUAH LANSKAP

Hujanpun turun menundukkan pohon-pohon, melimpahkan
jalan-jalan di depan kita. Sungaipun mengalirkan duka
di lembah-lembah rendah, memutuskan jarak di antara kita.
Anginpun menyusup-nyusup daun jendela, menyelinap masuk
tubuh kita. Ombakpun menggelepar di dada laut menghempaskan
ke pantai, mimpi kita. Airpun mencium pipi bumi di pintu pagi
musim tengkujuh, membisikkan pesanan pada kita.
Kitapun tengadah ke langit, memandangnya setia: Ah
Musim yang belum tua!

WAN A. RAFAR
1984.

Monday, July 10, 2006

Sajak Dari Widya


WIDYA adalah sebuah majalah Pelajaran & Pengetahuan yang diterbitkan oleh Penerbitan Adabi. Isu pertama diterbitkan pada bulan Ogos 1977. Di antara isi kandungannya ialah isu semasa, politik, budaya dan pelajaran. Cerpen dan sajak juga tidak ketinggalan mengisi majalah ini setiap bulan. Azran Abd Rahman pernah menjadi Ketua Editor majalah ini. Saya tidak pasti bilakah majalah ini diberhentikan penerbitannya.

Berikut diperturunkan dua buah sajak pendek saya dari Widya Bil 38, Oktober 1980.





SAMBIL MENUNGGU TUA

Sambil menunggu tua
di beranda ini
aku duduk membaca
umurku yang lepas
sambil mencari-cari
di manakah ia bersembunyi.


SESUDAH BERTAHUN-TAHUN

Sesudah bertahun-tahun
mengembara
meninggalkan asal
aku ingin kembali
pada muda
pada diriku yang dulu putih

Wan A. Rafar
1980