Stone
Stone
it did not dream
it did not desire
to become a house
it kept still
while being transported
from the hill of its origins
it did not complain
while its body was smashed
to become gravel for the roads
when its blood flowed
it did not cry out in pain
it was too good for human beings.
This poem of mine was translated by Muhammad Haji Salleh from the original in Malay and collected in his Emas Tempawan (Burnished Gold) published by Dewan Bahasa dan Pustaka.
Batu
dia tidak bermimpi
dia tidak berhasrat
menjadi rumah
dia hanya diam
waktu dipindahkan
dari bukit kampung asalnya
tidak juga dia membantah
waktu tubuhnya dipecah-pecahkan
menjadi kerikil lebuhraya
waktu darahnya mengalir dari tubuh
dia pun tidak mengaduh
dia terlalu baik buat manusia.
it did not dream
it did not desire
to become a house
it kept still
while being transported
from the hill of its origins
it did not complain
while its body was smashed
to become gravel for the roads
when its blood flowed
it did not cry out in pain
it was too good for human beings.
This poem of mine was translated by Muhammad Haji Salleh from the original in Malay and collected in his Emas Tempawan (Burnished Gold) published by Dewan Bahasa dan Pustaka.
Batu
dia tidak bermimpi
dia tidak berhasrat
menjadi rumah
dia hanya diam
waktu dipindahkan
dari bukit kampung asalnya
tidak juga dia membantah
waktu tubuhnya dipecah-pecahkan
menjadi kerikil lebuhraya
waktu darahnya mengalir dari tubuh
dia pun tidak mengaduh
dia terlalu baik buat manusia.
1 Comments:
benar sdr, khazanah alam amat mesra dan baik dgn manusia, tetapi manusia ... kerap bersikap sebaliknya.... nafsukah sebabnya?
Post a Comment
<< Home